2
1984

Topo Goedel Atmodjo : Jadi Artis Sehari Di Pontianak

Last Updated on September 24, 2014 by

Topo Goedel Atmodjo : Jadi Artis Sehari Di Pontianak
Perjalan bisnis mencetak uang dengan plat rumah modifikasi Tauco Custom akan memasuki usianya yang ke 16 pada 1 Agustus mendatang. 16 tahun tantulah bukan perjalan singkat, beragam etape situasi dan kondisi datang silih berganti menempa kemampuan Tauco Custom dalam berkarya mewujudkan keinginan konsumennya memodifikasi motor.
Adalah Topo Goedel Atmojo yang akrab disapa Topo, lelaki dibalik suksesnya nama Tauco Custom.
Dipilihnya plat besi sebagai bahan utama untuk memodifikasi motor bukan tanpa alasan, karena sejak kecil yang dia tahu adalah plat, plat dan plat. Bahkan dengan memanfaatkan plat, dirinya sempat dijuliki sebagai pioneer modifikasi dengan plat, raja modifikasi dan banyak lagi julukan dari masyarakat dan media yang disandangnya.
Sejak kecil, dirinya memang telah terbiasa hidup dalam keterbatasan dan kesulitan ekonomi. Lelaki asal Gemolong, Sragen, Jawa Tengah ini mengaku bahwa masa kecilnya tak seperti anak-anak kebanyakan yang asyik menikmati hari-hari dengan bermain.
Setiap pulang sekolah, tong bekas menjadi mainan ayah satu orang putri ini. Demi uang sekolahnya, Topo rela kehilangan masa kanak-kanaknya. Sejak usia 10 tahun, dirinya terpaksa bekerja di sebuah bengkel kecil milik kakek nya yang bergerak dibidang reparasi bodi mobil.
Tong adalah bahan utama untuk menambal dan mengganti plat bodi mobil yang rusak. “Hampir setiap hari saya bekerja membuat plat dari tong bekas untuk menambal bodi mobil yang rusak. Kakek saya bilang, kalau mau terus sekolah saya harus bekerja, karena kondisi ekonomi keluarga saat itu sangat memprihatinkan,” jelas lelaki kelahiran 8 Februari 1975 ini.
“Kalau sekarang mah enak, ngelas plat tinggal beli tabung asetilin dan oksigen. Dulu saya harus buat sendiri dari karbit. Karena tidak ada pengontrol tekanannya, jadi tak diketahui seberapa keras tekanan gas dari hasil karbit itu dan akhirnya meledak. Nih kaki jadi korbannya,” tambah nya seraya menunjukkan bekas luka bakar di kaki.
Terbiasa dengan didikan keras kakek nya, selepas mengenyam pendidikan SMU, Topo coba mencari peruntungan di Jakarta bersama temannya untuk menjadi PNS di kawasan Pasar Minggu. Namun niatan menjadi PNS pun sirna karena terbanyang-banyang tugas yang akan diembanya di kantor nanti.
“Saya sudah melamar kerja dan wawancara, tapi begitu saya dengar tugas yang akan saya kerjakan langsung hilang tuh niatan jadi PNS. Namanya doang kerja kantoran, tapi kerjaan saya cuma nganter surat dan nyiapin minuman, mending kerja dibengkel deh,” papar juragan Tauco Custom ini.
Ditahun 1998, dirinya bekerja di sebuah bengkel tralis dikawasan Jagakarsa, Jakarta Selatan. Seiring berjalannya waktu, lelaki yang telah terbiasa bermain dengan plat ini mencoba menerapkan ilmunya pada dunia otomotif roda dua.
Ternyata tak sia-sia, hasil utak-atik motor pribadinya banyak dilirik teman dan warga sekitar. Dan akhirnya pekerjaan service dan rombak motor yang dilakukan disebelah bengkel tralis tempat dia bekerja lebih banyak mendatangkan penghasilan bagi dirinya.
Bengkel yang hanya beratap terpal ini mulai benyak didatangi orang. Kendati saat hujan mengguyur, banjir pun datang untuk membantu Topo membereskan perkakas bengkelnya.
“Namanya bengkel asal jadi yang hanya beratap terpal, saat hujan kebanjiran. Sempat lagi service motor konsumen, hujan turun dan terpal tak mampu menahan air hujan yang tertampung di terpal, akhirnya jebol. Sebelum jebol air hujan sudah deras mengalir di lantai ditambah guyuran air dari terpal, menghanyutkan perkakas kerja dan baskom berisi baut-baut motor yang diservice,” jelas Topo sambil tertawa mengenang kisahnya.
Sebelum Tauco Custom berdiri, lelaki ini sempat beberapa kali berpindah kerja dari satu bengkel ke bengkel lain. Bahkan sempat menjadi juragan knalpot racing hasil racikan sendiri dan produknya cukup terkenal hingga kebeberapa plosok daerah.
Hingga akhirnya keyakinan untuk melanjutkan kebiasaannya sejak kecil bermain dengan plat dilakukannya dengan mendirikan Topo Auto Custom (TAUCO).
“Pertama berdiri belum punya kompresor, saya memanfaatkan ban dalam mobil truk besar yang diberi dua lubang pentil, satu untuk mompa, satunya lagi buat keluarnya angin. Kalau sedang menggunakan angin dan tekanan kurang, kita pompa lagi pake pompa tangan,” papar lelaki dari pasangan Mariana dan Hadi Sudarmo ini.
Seiring berjalannya waktu, nama Tauco Custom mulai mencuat. Hingga suatu saat hasil karyanya memenangkan beberapa lomba dan meraih hasil terbaik dari sekian banyak motor keluaran rumah modifikasi lain.
Adalah Yamaha Mio yang dirubah dengan konsep Binelli Leo 756 yang membuat seorang wakil gubernur Pontianak mengundangnya secara khusus keacara perayaan kemengan pilkada tersebut.
“Sampai di GOR Pangsuma Pontianak saya disambut layaknya bintang besar, sumua sungguh luar biasa seperti jadi artis sehari,” kata lelaki yang sebentar lagi akan merayakan ulang tahun rumah modifikasi miliknya.
“Disana saya sempat merasa terenyuh dan menangis. Ada seorang anak bernama Aan yang tinggal dipedalaman, bela-belain jalan kaki sejauh 60 km dan menginap GOR Pangsuma sehari sebelum kedatangan saya, dan itu dilakukan hanya untuk nemuin saya,” jelas Topo seraya mengingat kembali kejadian itu.
“Pemuda bernama Aan itu bilang ke saya kalau dia telah menunggunya dari kemarin, dan tak akan pulang sebelum dirinya bertemu dengan saya,” pungkas Topo.

Perjalan bisnis mencetak uang dengan plat rumah modifikasi Tauco Custom akan memasuki usianya ke 16 pada 1 Agustus mendatang. 16 tahun tantulah bukan perjalan singkat, beragam situasi dan kondisi datang silih berganti menempa kemampuan Tauco Custom dalam berkarya mewujudkan keinginan konsumennya memodifikasi motor.

Adalah Topo Goedel Atmojo yang akrab disapa Topo, lelaki dibalik suksesnya nama Tauco Custom.

Dipilihnya plat besi sebagai bahan utama untuk memodifikasi motor bukan tanpa alasan, karena sejak kecil yang dia tahu adalah plat, plat dan plat. Bahkan dengan memanfaatkan plat, dirinya sempat dijuliki sebagai pioneer modifikasi dengan plat, raja modifikasi dan banyak lagi julukan dari masyarakat dan media yang disandangnya.

Sejak kecil, dirinya memang telah terbiasa hidup dalam keterbatasan dan kesulitan ekonomi. Lelaki asal Gemolong, Sragen, Jawa Tengah ini mengaku masa kecilnya tak seperti anak-anak kebanyakan yang asyik menikmati hari-hari dengan bermain.

Setiap pulang sekolah, tong bekas menjadi mainan ayah satu orang putri ini. Demi uang sekolahnya, Topo rela kehilangan masa kanak-kanaknya. Sejak usia 10 tahun, dirinya terpaksa bekerja di sebuah bengkel kecil milik kakek nya yang bergerak dibidang reparasi bodi mobil.

Tong adalah bahan utama untuk menambal dan mengganti plat bodi mobil yang rusak. “Hampir setiap hari saya bekerja membuat plat dari tong bekas untuk menambal bodi mobil yang rusak. Kakek saya bilang, kalau mau terus sekolah saya harus bekerja, karena kondisi ekonomi keluarga saat itu sangat memprihatinkan,” jelas lelaki kelahiran 8 Februari 1975 ini.

“Kalau sekarang mah enak, ngelas plat tinggal beli tabung asetilin dan oksigen. Dulu saya harus buat sendiri dari karbit. Karena tidak ada pengontrol tekanannya, jadi tak diketahui seberapa keras tekanan gas dari hasil karbit itu dan akhirnya meledak. Nih kaki jadi korbannya,” tambah nya seraya menunjukkan bekas luka bakar di kaki.

Terbiasa dengan didikan keras kakek nya, selepas mengenyam pendidikan SMU, Topo coba mencari peruntungan di Jakarta bersama temannya untuk menjadi PNS di kawasan Pasar Minggu. Namun niatan menjadi PNS pun sirna karena terbanyang-banyang tugas yang akan diembanya di kantor nanti.

“Saya sudah melamar kerja dan wawancara, tapi begitu saya dengar tugas yang akan saya kerjakan langsung hilang tuh niatan jadi PNS. Namanya doang kerja kantoran, tapi kerjaan saya cuma nganter surat dan nyiapin minuman, mending kerja dibengkel deh,” papar juragan Tauco Custom ini.

Ditahun 1998, dirinya bekerja di sebuah bengkel tralis dikawasan Jagakarsa, Jakarta Selatan. Seiring berjalannya waktu, lelaki yang telah terbiasa bermain dengan plat ini mencoba menerapkan ilmunya pada dunia otomotif roda dua.

Ternyata tak sia-sia, hasil utak-atik motor pribadinya banyak dilirik teman dan warga sekitar. Dan akhirnya pekerjaan service dan rombak motor yang dilakukan disebelah bengkel tralis tempat dia bekerja lebih banyak mendatangkan penghasilan bagi dirinya.

Bengkel yang hanya beratap terpal ini mulai benyak didatangi orang. Kendati saat hujan mengguyur, banjir pun datang untuk membantu Topo membereskan perkakas bengkelnya.

“Namanya bengkel asal jadi yang hanya beratap terpal, saat hujan kebanjiran. Sempat lagi service motor, hujan turun dan terpal tak mampu menahan air hujan yang tertampung di terpal, akhirnya jebol. Sebelum jebol air hujan sudah deras mengalir di lantai ditambah guyuran air dari terpal, menghanyutkan perkakas kerja dan baskom berisi baut-baut motor yang diservice,” jelas Topo sambil tertawa mengenang kisahnya.

Sebelum Tauco Custom berdiri, lelaki ini sempat beberapa kali berpindah kerja dari satu bengkel ke bengkel lain. Bahkan sempat menjadi juragan knalpot racing hasil racikan sendiri dan produknya cukup terkenal hingga kebeberapa plosok daerah.

Hingga akhirnya keyakinan untuk melanjutkan kebiasaannya sejak kecil bermain dengan plat dilakukannya dengan mendirikan Topo Auto Custom (TAUCO).

“Pertama berdiri belum punya kompresor, saya memanfaatkan ban dalam mobil truk besar yang diberi dua lubang pentil, satu untuk mompa, satunya lagi buat keluarnya angin. Kalau sedang menggunakan angin dan tekanan kurang, kita pompa lagi pake pompa tangan,” papar lelaki dari pasangan Mariana dan Hadi Sudarmo ini.

Seiring berjalannya waktu, nama Tauco Custom mulai mencuat. Hingga suatu saat hasil karyanya memenangkan beberapa lomba dan meraih hasil terbaik dari sekian banyak motor keluaran rumah modifikasi lain.

Adalah Yamaha Mio yang dirubah dengan konsep Binelli Leo 756 yang membuat seorang wakil gubernur Pontianak mengundangnya secara khusus keacara perayaan kemengan pilkada tersebut.

“Sampai di GOR Pangsuma Pontianak saya disambut layaknya bintang besar, sumua sungguh luar biasa seperti jadi artis sehari,” kata lelaki yang sebentar lagi akan merayakan ulang tahun rumah modifikasi miliknya.

“Disana saya sempat merasa terenyuh dan menangis. Ada seorang anak bernama Aan yang tinggal dipedalaman, bela-belain jalan kaki sejauh 60 km dan menginap GOR Pangsuma sehari sebelum kedatangan saya, dan itu dilakukan hanya untuk nemuin saya,” jelas Topo seraya mengingat kembali kejadian itu.

“Pemuda bernama Aan itu bilang ke saya kalau dia telah menunggunya dari kemarin, dan tak akan pulang sebelum dirinya bertemu dengan saya,” pungkas Topo.

Foto : Facebook Topo Tauco Custom