Last Updated on June 14, 2010 by
JAKARTA.– Rombongan Suzuki Titan Jelajah Negeri yang sedianya akan ditempuh selama 50 hari ini, telah menyelesaikan separuh perjalanannya selama 18 hari dari Jakarta menuju Aceh dan kembali ke Jakarta pada Sabtu, 11 Juni 2010 kemarin.
Selama 18 hari perjalanan, sangatlah membuktikan bahwa sosok Titan dengan mengusung mesin terbaru 115 cc SOHC yang telah mengaplikasi sistem Throttle Position Switch dan DC-CDI, merupakan bebek tangguh dari Suzuki.
Bukan bualan belaka, hal ini telah dibuktikan oleh peserta yang turut dalam rombongan Suzuki Titan Jelajah Negeri.
“Dari putaran bawah sampai atas tenaga Titan ngisi terus. Sebagai bebek standar pabrikan, Titan sangatlah kuat, kencang dan bertenaga,” papar Denni Gareng dari tim balap Suzuki Jateng yang turut dalam gelaran Suzuki Titan Jelajah Negeri.
“Kecepatan kita dalam menempuh perjalanan sekitar 120 sampai 125 km/jam,” tambah Denni.
Hal senada juga diungkapkan Derby Yanuar dari tim balap Hutama Motor. “Tangguh banget, di putaran atas maupun bawah, mesin Titan ngisi terus,” ungkap Derby.
“Lintasan terberat kami adalah saat rombongan menempuh jalur Aceh ke Calang karena jalannya hacur dan berbatu. Kendati jalan rusak parah, kami bisa melewati jalan itu dengan kecepatan 80 samapi 95 km/jam. Awalnya saya berpikir bahwa pasti akan pegal dan capek banget karena perjalan panjang ini menggunakan motor bebek, tapi perkiraan itu meleset. Suzuki Titan didisain sangat ergonomis, posisi jok dan stang sangat pas sehingga tidak ada kelelahan berlebih. Jok nya pun enak banget, gak bikin bokong panas,” tambah Derby.
Bukan hanya pembalap yang turut serta dalam event Suzuki Jelajah Negeri ini, PT SIS juga menyertakan dua orang freestyler untuk menuntaskan tantangan menjelajah negeri ini.
Adalah Virgian Fajar dari Free Bike X-Trem Bekasi. Freestyler yang akrab disapa Kutil ini juga mengakui ketangguhan Suzuki Titan. Bahkan dirinya yang sempat terjatuh saat melewati jalur berbatu di Aceh menuju Calang, mengakui bahwa bukan hanya mesinnya yang tangguh, tapi bodi Titan juga kuat.
“Saat melewati jalur rusak dari Aceh menuju Calang, saya sempat miss saat menghindari batu besar. Motor sempat terbang setinggi 2 sampai 3 meteran dan jatuh vertikal dengan posisi bagian depan menghadap kebawah dan ekor motor berada diatas. Setelah mengaalami kejadian itu, kondisi motor tak mengalami kerusakan sedikit pun dan sanggup berlari lagi,” terang Virgian.
“Bodi motor cuma lecet doang karena menghantam bebetuan. Tapi kondisi stang, segi tiga, lampu depan tak mengalami kerusakan sedikitpun. Nih motor emang kuat banget,” tambah Virgian bersemangat.
Selain lintasan terberat Aceh menuju Calang, tantangan terberat bagi para peserta adalah melawan cuaca yang tak bersahabat dan ngantuk. Pasalnya setelah tersengat matahari sejak pagi, disore hari mereka diguyur hujan yang jelas akan mempengaruhi kesehatan peserta.
“Motor mah kuat banget, tapi pesertanya yang kewalahan. Bayangin aja, perjalanan umumnya ditempuh selama 14 sampai 16 jam. Tak jarang kita ngeblank saat perjalanan, jadi kayak tertidur tapi mata melotot,” papar Arie, freestyler dari Citra Raya X-Treme.
“Untuk melawan ngantuk, kita selalu bercanda dalam perjalan agar rasa ngantuk bisa diatasi. Terkadang kita juga menyiram muka dengan air,” tambah Arie.
“Alhamdulillah, selama perjalan dari Jakarta menuju Aceh dan kembali ke Jakarta mampu diselesaikan dengan baik dan tampa kendala berarti sedikitpun. Tantangan terberat kami adalah mempertahankan stamina pembalap agar tetap fit. Pasalnya, dalam perjalan di siang hari cuaca panas terus memayungi kami, namun saat sore tiba, hujan deras mengguyur seluruh peserta,” jelas Tomy Ermawan selaku 2W Marketing Racing Event PT Suzuki Indomobil Sales yang mengukuti perjalan Jelajah Negeri.
Pada Minggu, 13 Juni 2010, rombongan Jelajah Negeri kembali melanjutkan perjalanan mereka dari Jakarta menuju Lombok untuk menyelesaikan misi mereka membuktikan ketangguhan dan kekuatan Suzuki Titan. Bukan hanya pembuktian Titan, mereka juga membawa misi road safaty campange dan go green di setiap kota yang mereka singgahi.