Last Updated on October 1, 2016 by Bang Gilmot
Pagi itu bersiap dengan cepat karena kami bangun terlalu siang, sarapan di tempat bapak ahmad dengan menu Indomie Telur cukup untuk mangganjal perut kami melakukan perjalanan selanjutnya menuju lombok utara. Jalur yang di rencanakan saat itu dari titik terselatan lombok menuju utara melewati daerah taman nasional Rinjani tempatnya di sembalun lawang.
Jalan offroad yang kemarin kami lewati menuju pantai tangsi ini kita lewati lagi untuk menuju jalan utama yang sudaj beraspal halus, berjalan santai sesekali di gas untuk menikmati jalan offroad drngan kecepatan tinggi membuat Wahyu Danaresa ketinggalan jauh beberapa kali berhenti untuk menunggu dan melihat monyet2 di pinggir jalan yang kelaparan. jika ada ketemu monyet jangan sesekali memberi makanan karena dapat membuat daya survive monyet itu hilang dan akan terus meminta pada manusia jika tidak di kasih akan merebut atau mencuri makanan dari manusia.
Setelah berjalanan sekitar 40menit akhirnya kami di ujung jalan offroad dan bertemu aspal, jalan di lanjutkan untuk keluar dari jalur selatan lombok di jalan kami sempat berhenti untuk mengabadikan moment karena view disini sangat indah, perpaduan aspal halus, tebing jurang, bukit yang kering coklat, dan birunya laut yang menjadi pemanis. Saat menyetandart motor sepertinya aspal baru ini kurang bagus dengan berat motor yang kurang lebih sekitar 180kg aspal ambles dan pecah, saat itu berpositif thinking mungkin di bagian itu saja, sondesip di majukan sedikit di majukan sedikit untuk mendapatkan permukaan aspal yang keras di tinggal untuk mengabadikan moment dengan partner perjalanan wahyu danaresa, baru mau jepret Resa sudah berteriak “ngguling-ngguling” benar saja sondesip nyungsep ke bahu jalan karena aspal yang lunak tadi, tank bag loncat dari tempatnya, bensin sedikit tumpah, dan yang paling parah hanya handle kopling yang bengkoknya gak kira-kira, Resa dengan cepat tanggap langsung mengeluarkan kunci Y untuk merubah sudut posisi kopling agar sedikit terjangkau oleh saya “sementara sambil cari bengkel” kata resa.
Di lanjutkan jalan untuk mencari bengkel setelah sekitar 10km menemukan bengkel tapi handle kopling untuk megapro saat itu tidak ada, saya berinisiatif untuk meluruskannya dengan dipalu. kunci-kunci dan palu pinjam di bengkel di lepaslah handlenya, dan mulai memalu handle kopling dengan pelan namun yang di hasilkan bukan handle kopling lurus tapi malah patah akhirnya solusinya di lakban sementara sambil mencari bengkel lagi. Beberapa bengkel di jalan utama tidak mempunyai stok handle kopling megapro soalnya memang disana memang sangat jarang motor ini. Setelah mengunjungi lebih dari 5bengkel akhirnya kami mendapatkan 1bengkel yang mempunyai stok handle kopling untuk sondesip ini tapi imitasi tak apa menurut saya sementara nanti di jawa beli yang ori setelah melakukan pemasangan sendiri perjalanan di lanjutkan menuju jalur utara.
Di maps terlihat untuk menuju titik poros dan menyusurinya masih berjarak sekitar 90km dengan jalan yang berkelok-kelok, setelah berkelok-kelok sekitar 1jam dan di suguhi pemandangan anak sekolah yang pulang pada naik angkot tapi di atapnya terlihat ngeri. Kami memasuki daerah Sakra sudah hampir jam 11siang saat di lampu merah Resa melihat ada yang berjualan bakso maka kami putuskan untuk makan siang sambil mengecharge gadget yang kami bawa karena saat itu charger di motor rusak di pantai Tangsi. Habis makan dan beristirahat sekitar 1jam kami melanjutkan perjalanan menuju jalur taman nasional rinjani, awalnya jalannya halus lurus tiba-tiba menanjak dan berkelok tapi saat itu kami sangat menikmati perjalanan jadi tak berasa hanya terdengar mesin yang bekerja extra keras untuk membawa kami menuju taman nasional gunung rinjani.
Tiba di point view sembalun dengan di sugukan pemandangan bukit-bukit khas rinjani yang hijau berserat-serat. Kami berhenti sejenak untuk mengistirahatkan mesin dan merenggangkan otot. Perjalanan dari point view ini langsung di suguhkan turunan yang sangat curam tapi dengan view yang sangat menyegarkan mata, tibalah di perkampungan sembalun terlihat rumah dan kebun kanan dan kiri masih terlihat perbukitan khas rinjani, dalam jalanam ini setiap beberapa kilometer sekali kami berhenti untuk berfoto karena view di sini sangat sayang untuk di lewatkan.
Jalanan mengecil pemandangan gunung berubah menjadi pemandangan hutan dan kami melihat pantai utara udah sangat dekat, jalanan saat itu tergolong sangat sepi tapi kami harus extra waspada terhadap akamsi yang nyebrang tanpa melihat kanan kiri atau hewan ternak, benar saja setelah baru memasuki daerah pesisir utara motor kami di hentikan mendadak dengan 2ekor sapi yang menyebrang saat itu kami ada di kecepatan 80kpj, ban kami berdecit sangat panjang saya sampai keluar di bahu kanan jalan dan terlihat ban Wahyu Danaresa sampai keluar asap jarak kami dan sapi tidak jauh sekitar 20meter pada kecepatan 80kpj dari teori pengeremanpun sudah tidak mungkin kecelakaan di hindari tapi kuasa dan kebesaran Allah yang menyelamatkan kami. Kaki gemetar dan tangan lemas itu yang kami rasakan setelah accident ini tujuan kami selanjutnya untuk mencari tempat istirahat sebelum malam menjelang.
Di tengah perjalanan indra penciuman saya di kagetkan dengan bau rempah-rempah yang menggoda, langsung menyalip Resa untuk puterbalim setelah kami putar balik bau itu berasal dari sate ikan yang sepertinya khas lombok. Berbahan ikan layur dan bumbu rempah disajikan dengan lontong gurih, makanan ini snagat di recomendasi saat melewati pesisir lombok utara cukup murah hanya dengan 35rb dengan sate ikan berjumlah 16tusuk, lontong 6, dan 2air mineral kemasan 600ml. Perjalanan kita lanjutkan menuju malimbu di pantai senggihi untuk menikmati sunset atau matahari tenggelam.
Menikmati sunset yang khas dengan view pemandangan pantai laut dan beberapa kapal berseliweran dari dermaga melengkapkan sore kami, yang saat itu kami harus kembali ke bali malamnya. Perjalanan di lanjutkan menuju rumah seorang sahabat bernama Om Fikky yang dulunya juga aktif di Komunitas Skywave. Setelah melakukan obrolan melalui whaatsapp dan minta di sendlocation kami langsung meluncur ke rumah beliau perjalanan sekitar 30menit kami sampai di depan rumah beliau, disambut dengan hangat dan obrolan khas jogja. Om Fikky juga pernah tinggal cukup lama di jogja atau mungkin saya udah kangen jogja setelah melakukan perjalanan 6hari jawa bali lombok ini.
Ngobrol ngalor ngidul panjang semua kita bahas, kami juga numpang mandi karena seharian air belum membasahi badan ini. Tak terasa waktu sudah menunjukan tengah malam kami harus bergegas menuju pelabuhan lembar untuk menyebrang ke bali. Jarak dari rumah Om Fikky ke pelabuhan sekitar 22km di jelaskan jalurnya oleh om fikky tapi kami lupa dan masih nyasar akhirnya hanya mengandalkan maps, melewat jalan bypass yang kemarin kita lewati dengan kecepatan tinggi lagi tak berasa sudah berada di minimart deket pelabuhan lembar, berhenti sejenak untuk membeli bekal untuk di kapal.
Di kapal program kami hanya tidur mengisi tenaga untuk perjalanan esok hari, pukul 5waktu setempat kami di bangunkan dengan speaker yang lumayan keras dengan pemberitahuan bahwa kapal sebentar lagi akan bersandar di pelabuhan padang bai. Kami bangun dan bersiap untuk menuju deck kapal tempat motor kami di parkir tapi sebelum turun pemandangan gradient sunset di atas kapal di pelabuhan padang bai ini sangat mempesona jepretan dan jepretan di lakukan untuk mengabadikan moment.
Penulis : Latanza