Last Updated on September 6, 2016 by Bang Gilmot
Matahari bersinar seolah memberikan senyum hangat kepada kami yang baru menapakkan roda di Pulau Lombok. Motor di pacu dengan santai sambil tengok kanan dan kiri untuk mencari sarapan. Namun niat mencari sarapan gagal ketika melihat jalan bypass yang lurus dan halus. Thorttle gas dibuka untuk mencapai kecepatan maksimal seperti jantung yang memompa darah menuju otak yang menambah semangat team #ride2theast untuk mengelilingi Lombok.
Sampailah di ujung jalan bypass thortle gas mulai di kendorkan kembali pada kecepatan yang santai. Sejenak berhenti untuk mengatur maps menuju Pantai Kuta dan jalur selatan Lombok. Sekitar 8 kilometer dari tempat kami berhenti terdapat warung makan, perasaan lega karena perut mulai berontak dari pelabuhan tadi terbayar lunas. Nasi campur dan minuman ringan di bandrol dengan harga Rp 15000 sangat murah untuk ukuran daerah wisata. Jarak dari warung menuju Pantai Kuta sekitar 15 kilometer dengan jalanan yang masih didominasi dengan turunan berkelok dengan pemandangan hutan yang rimbun sangat menyejukan mata.
Sampailah kami di pintu masuk Pantai Kuta Lombok pemandangan berubah derastis yang awalnya sepi kemudian ramai dengan turis asing. Pikiran dejavu perjalanan ini seperti perjalanan ke luar negeri karena sedikit terlihat turis domestik. Motor kita arahkan ke pasir pantai untuk melihat hamparan pasir yang putih dan birunya laut lebih dekat, sampai batas kemampuan roda motor kami berhenti karena pasir pantai yang gembur. Sejenak kita menghela nafas, beristirahat sambil menikmati tiupan angin laut dan bentangan pasir putih panjang yang sangat jarang di temui di Pulau Jawa.
Namun ketidaknyamanan kami dapatkan dari beberapa pedagang souvenir pantai kuta yang sedikit memaksa untuk membeli dagangannya. Cepat-cepat kami memutar motor untuk berfoto di tulisan Pantai Kuta saat itu motor kami ban belakang tenggelam setengah di pasir pantai, cara mengeluarkannya dengan mengangkat motor bagian depan memutar lawan arah dan kemudian di dorong dengan perlahan karena jika menggunakan mesin motor akan semakin tenggelam jadi cara ini kami gunakan untuk mempermudah mengevakuai motor kami.
Usai berfoto di depan tulisan Pantai Kuta motor kami arahkan menuju timur mengikuti jalan aspal dengan harapan menemukan sesuatu yang baru. Berjalan sekitar 2 kilometer ternyata yang kami dapatkan adalah resort sepertinya milik asing dan kami tidak tertarik dengan itu. Yang membuat kami berhenti ketika melihat segerombolan kerbau sedang makan di padang rumput pinggir muara pantai yang tidak luas.
Rasanya tak perlu lama-lama di Pantai Kuta karena target kami beristirahat di Pantai Tangsi yang terkenal dengan nama Pantai Pink. Motor kami arahkan keluar Pantai kuta untuk mencari jalur selatan yang kata seorang teman tahun kemarin jalannya baru di padatkan dan belum diaspal nah ini perlu kami survey dan coba. Ternyata jalur ini sudah 70 persen di aspal halus dan 30 persen saat itu lagi proses pengaspalan terlihat beberapa petugas dan alat berat pengaspalan sedang bekerja. Pemandangan yang disuguhkan di jalur ini cukup memanjakan mata. Beberapa kali kami berhenti dan jalan ekstra pelan untuk menikmati pemandangan yang disuguhkan jalur selatan Lombok ini.
Soal keamanan untuk siang hari kami rasa cukup aman tapi tetap waspada karena banyak hewan ternak yang lalu lalang menyebrang tanpa berdosa. Malam hari tidak disarankan melewati jalur ini karena kabarnya jalur ini rawan begal dan penerangan jalan belum ada. Karena terlalu asik terdengar suara seperti terseok pada motor. Saya lalu berhenti sejenak untuk melakukan pengecekan. Ternyata rangka yang tersambung ke bracketbox patah satu sisi, dalam perjalanan mengalami masalah seperti ini adalah suatu hal yang biasa kuncinya tenang dan perlahan mencari solusi. Saat itu solusi pertama adalah mengurangi beban, box saat itu berisi macam-macam perlengkapan ganti seperti baju untuk 15 hari, laptop, kabel-kabel, lensa, printilan-peintilan alat dokumentasi dan yang paling berat 1 tas tool kit akhirnya di pindahkan kedalam drybag yang hanya berisi cadangan oli dan tenda.
Perjalanan dilanjutkan tetap menikmati suguhan alam jalur selatan Lombok ini sambil mencari tukang las untuk manyambungkan rangka yang patah. Setiap permasalahan pasti ada jalan keluar tak jauh dari patahnya rangka motor sekitar 15 kilometer terdapat bengkel las bergegas membongkar motor dan bapak tukang las langsung mengelas rangka yang patah sekitar 30 menit selesai perjalanan kami lanjutkan menuju Pantai Pink.
Aspal mulus berkelok dengan pemandangan yang menyegarkan seluruh tubuh masih menemani perjalanan kami dengan jarak sekitar 30 kilometer menuju Pantai Pink, namun di 15 kilometer terakhir kami mendapatkan jalanan yang belum di aspal. Perpaduan pasir padat berbatu mengantarkan kami menuju Pantai Pink. Beberapa kali kami harus berhenti untuk mengalah pada segerombolan kerbau yang melintas, terlihat beberapa pohon meranggas di jalur ini sepertinya sudah lama tak mengalami hujan. Beberapa kali melihat monyet liar yg sedang bermain atau mencari makan, pemandangan alam liar yang cukup lengkap menambah sensasi perjalanan ini. Sempat berhenti di barak Polhut untuk menanyakan keamanan daerah ini. Kata Polhut yang berjaga daerah Pantai Tangsi dan sekitarnya aman karena mereka berjaga 24 jam secara bergantian. Cukup lega mendengar kabar ini karena kami sampai sudah sore sampai disini mau tidak mau harus camping di Pantai Tangsi.
Pantai Tangsi atau biasa di sebut pantai pink terletak di desa Sekaroh, kecamatan Jerowaru, kabupaten Lombok Timur. Pantai ini merupakan salah satu dari tujuh pantai di dunia yang memiliki pasir pantai berwarna pink, dan satu dari dua pantai diIndonesia yang memiliki pasir pantai berwarna pink. Warna pink pada pasirnya terbentuk karena butir-butir asli warna putih pasir bercampur dengan serpihan karang merah muda. Bias sinar matahari dan terpaan air laut menambah semakin jelas terlihat warna pink pantai tersebut.
Namun saat itu cuaca kurang begitu mendukung jadi kami tidak melihat dengan jelas warna pink yang di suguhkan. Kami juga sempat membawa motor kami main ke bukit di atas pantai pink terlihat dari bukit ini beberapa pantai di sisi sebelah kiri yang indah. Setelah turun dari bukit kami langsung menuju warung Bapak Ahmad yang sebelumnya kami sudah memesan ikan untuk makan siang. Setelah makan kami ngobrol-ngobrol ternyata Bapak Ahmad aslinya Klaten, Jawa Tengah beliau merantau ke Lombok 5 tahun yang lalu untuk beradu nasib. Selain bekerja di Dinas Kehutanan, beliau juga membuka warung ini. Kami juga meminta ijin untuk camping di pantai ini, beliau sangat welcome seperti bertemu saudara sendiri.
Matahari mulai tenggelam terlihat bewarna oranye dan sedikit meredup kami langsung bergegas menaiki bukit dengan motor untuk menikmati sunset. Diperlukan skill dan ekstra hati-hati untuk mencapai bukit ini, karena tanjakan yang curam dan terjal bisa membuat kita terlempar ke bawah. Perpaduan laut, bukit dan sunset menemani sore kami yang indah. Namun saat itu sunset tak cukup lama karena sudah di tutup oleh awan tebal dan kamipun bergegas turun untuk mencari spot mendirikan tenda. Saat itu angin cukup kencang membuat kami sedikit kesusahan untuk mendirikan tenda, mendirikan 2 tenda masing-masing karena kalau menggunakan 1 tenda pasti tidak cukup barang yang kami bawa cukup banyak dan di usahakan masuk ke dalam tenda semua agar aman.
Matahari pun tenggelam, gelap mulai datang. Bintang terlihat benderang, hewan malam mulai menunjukan suara yang lirih. Saat itu bulan sudah tidak nampak hanya bintang yang berkelip menemani malam kami. Jam 8 malam sudah terlihat milkyway, satu jalur garis bimasakti yang terlihat melingkari bumi. Kamera di keluarkan beserta monopodnya, terjadi kesalahan teknis filter CPL pada kamera lupa untuk di lepas sehingga exposure bekurang 2f stops dan gambar pun kurang maksimal. Di tambah sekitar 15 anjing hutan menggogongi kami dan siap menyerang membuat perburuan milkyway di hentikan dilanjutkan istirahat untuk mencapai target perjalanan besok.
Deburan ombak pantai mengiringi kami tidur, sesekali terbangun oleh suara gongongan anjing hutan yang siap menyerang tadi. Matahari pun mulai menampakan senyumnya. persiapan kita lakukan cepat-cepat karena bangun sudah terlalu siang. Mie goreng dengan telur menjadi menu sarapan pagi kami. Setelah sarapan dan pengecekan selesai kami berpamitan dengan Bapak Ahmad dan keluarganya untuk melanjutkan perjalanan menuju utara Pulau Lombok.
Melewati jalan offroad yang kemarin kita lewati sekitar 40 menit lalu bertemu aspal mulus dengan pemandangan super indah. Namun ada insiden di jalan ini. Sondesip Greenty motor saya nyungsep, handle rem bengkok dan tankbag loncat. To be continue