Last Updated on September 16, 2014 by
GILAMOTOR.com – Akhir pekan kemarin [12-14 September 2014] kami melakukan touring bertajuk RelaxVenture menuju pantai Ciantir Sawarna di kecamatan Bayah Kabupaten Lebak, Banten.
Selain menawarkan pesona pantai yang menakjubkan dengan ombak besar khas pantai laut Selatan, perjalanan menuju Sawarna pun sangat mengasyikan khususnya bagi kami pengendara motor. Cikidang jadi jalur favorit kami karena aspalnya cukup mulus berhias tikungan-tikungan panjang dan sempit. Tanjakan dan turunan tajam berhias pemandangan hijau di sisi kiri dan kanan mampu mengikis rasa lelah karena adrenalin kami membuncah saat melumat trek menantang itu.
Tapi saat kami melewati jalur Cisolok untuk memangkas waktu tempuh, kondisi jalan mulai kurang bersabahat dengan motor karena banyak lubang-lubang besar. Kami pun dipaksa megendalikan motor lebih lihai untuk menghindari lubang jalan.
TVS Apache RTR180 X-Venture yang kami kendarai mampu menjawab tantangan itu. Berkat dukungan torsi yang dihasilkan dari mesin 180cc, tanjakan tajam bisa dilalui dengan mudah meski kami berboncengan. Suspensi pun mampu meredam guncangan akibat melibas lubang jalan yang menganga, sehingga pengendara dan penumpang tetap merasa nyaman.
Dari Jakarta, perjalanan ke Sawarna kami tempuh selama 7 jam. Itu sudah termasuk dua kali istirahat cukup lama di Bogor dan di Pelabuhan Ratu.
Memasuki kawasan wisata Sawarna, kami dihadapkan oleh jembatan gantung yang hanya bisa dilalui oleh satu motor. Kami harus bersabar menunggu giliran melewati jembatan yang hanya lebar sekira 1 meteran. Saat musim liburan, antrian akan cukup panjang untuk melewati jembatan baik dari dan menuju pantai.
Setelah menyebrangi jembatan gantung, petugas akan menghampiri dan memberi tiket masuk yang harus dibayar sebesar Rp 5 ribu per orang. Dari situ, kami bisa melihat deretan home stay yang disewakan untuk para wisatawan di sisi kiri dan kanan jalan setapak menuju pantai. Saat musim libur, biasanya akan sulit mencari penginapan karena jumlahnya memang tak banyak. Tak heran jika ada satu home stay berukuran kecil diisi oleh lebih dari 4 – 8 orang. Meski demikian, kondisinya masih nyaman untuk istirahat dan bermalam.
Selamat Datang di Kawasan Wisata Pantai Sawarna. Tulisan di gapura dari kayu menyambut kami sebelum kami memasuki pantai.
Kami tak langsung masuk ke kawasan wisata itu. Usai memarkir motor kami langsung menuju Nikken Home Stay yang sudah kami booking jauh-jauh hari sebelum kami tiba di Sawarna. Karena kami rombongan lebih dari 20 orang, kami dikenakan biaya Rp 150 ribu per kepala. Biasanya, satu home stay dihargai Rp 450 ribu permalam. Kalau lihai menawar harga, tentu akan dapat harga yang lebih murah.
Dari penginapan, butuh waktu 10 menit berjalan kaki menuju pantai. Hamparan pasir putih yang lembut menghiasi bibir pantai Sawarna. Tampat ini jadi lokasi favorit para pelancong karena mereka bisa bermain air, bola kaki, voli pasir atau sekedar berjalan-jalan di pinggiran pantai sambil memandangi matahari terbenam.
Barisan ombak besar yang memecah diri di tepian terlihat sangat memukau, eksotis, namun mengerikan. Bagi yang tak biasa berenang di ombak besar, lebih baik menahan diri untuk berenang lebih ke tengah karena ombak dan ketinggian air bisa datang secara tiba-tiba.
Memandangi ombak besar pantai Ciantir, mengingatkan pikiran pada kisah mistis Nyai Roro Kidul. Apalagi saat kami bermain di pantai ini, dua teman kami nyaris jadi korban ganasnya ombak pantai selatan. Beruntung penjaga pantai berhasil menyelamatkan kedua teman kami.
Bergerak ke arah timur, kondisi pantai semakin banyak dihiasi karang besar. Semakin jauh kami melangkah, kami tiba di pantai Tanjung Layar. Sebuah pantai dengan barisan batu karang besar dan dua batu besar berbentuk layar di antara tepian dan barisan karang.
Tempat ini juga jadi lokasi favorit wisatawan terlebih saat laut surut di sore hari. Karena saat laut surut, kami bisa berjalan di atas pasir dan karang sambil melihat mahluk-mahluk laut kecil yang tertinggal di antara bebatuan dan lubang.
Tapi jangan coba-coba terlalu dekat dengan barisan karang besar di ujung lautan. Karena kadang ombak datang melebihi tinggi bebatuan. Tak jarang wisatawan menderita luka akibat terjatuh di bebatuan saat ombak besar menerjang melewati karang dan menghantam mereka.
Di pantai Tanjung Layar, kami bisa menikmati barisan karang besar dan ombak yang datang dari arah Samudera Hindia. Dari atas bebatuan besar, kami juga bisa menikmati matahari yang mulai memerah sebelum hilang ditelan megahnya Samudera Hindia.
Teks: Gojay | Foto: Gojay