Last Updated on August 31, 2015 by
GILAMOTOR.com – Lebih dari 20 tahun menjalani bisnis sepeda motor khususnya premium bike, PT. Karya Semesta Investama (KSI) membentuk sebuah komunitas motor yang tak dibatasi oleh brand, tipe dan kapasitas mesin. KSI menyebutnya sebagai Motorave Riders Club (MRC).
Karakter dan keunikan yang dimiliki setiap komunitas, membuat KSI ingin merangkul mereka dan memberi apa yang tak mereka dapat di komunitas yang sudah ada. “Di awal-awal kita ada Kawasaki Ninja Riders Club. Dalam perkembangannya Saya lihat bahwa komunitas berfariasi, fanatisme dari satu komunitas mencintai suatu produk menjadi satu karakter,” buka Hosea Sanjaya, President Director PT. Karya Semesta Investama, main dealer Suzuki dan Kawasaki.
“Sementara kita sendiri punya wadah di organisasi kita yang sudah terserifikasi ISO, ada management quality, kepuasan pelanggan dan kita menyebutnya dengan Motorave,” lanjut Hosea.
Motorave sendiri punya banyak fasilitas, karena pada dasarnya jaringan motor yang dimiliki KSI itu adalah fasilitas ke Motorave, dimana di dalamnya ada lembaga kuangan dan lembaga penunjangnya. Dari situ, timbul suatu gagasan dari beberapa aspisari yang ada supaya tidak terkotak-kotak oleh suatu brand atau kapasitas mesin. Dan kini Motorave mulai mensosialisakan sebuah komunitas Motorrave Riders Club.
“Jadi Motorave Riders Club hadir tanpa dibatasi oleh satu model atau brand. Kita akan melebur saja sehingga wadah itu jadi wadah bersama,” cetus Hosea.
Motorave sendiri sebenarnya sebuah main dealer sepeda motor Suzuki dan Kawasaki. Tapi komunitas yang dibentuk Motorave tak dibatasi oleh dua merek motor itu atau merek motor apapun, karena yang ingin diangkat di komunitas itu adalah pribadinya, bukan motornya.
“Karena satu orang bisa punya lebih dari satu motor dengan brand berbeda. Misal si A punya motor merek A, bisa jadi dia juga punya motor merek B. Jadi kita tidak mewakili ATPM, tapi kita merangkul orang-orangnya. Yang penting adalah kita tidak membatasi kelasnya,” lanjutnya.
Hosea mencontohkan, misalnya Motorave mengadakan acara untuk Kawasaki Ninja 150, kita tak melarang merek atau model lain untuk datang ke acara itu. Karena apa? Karena boleh jadi anggota komunitas A saling kenal dengan komunitas B atau C.
“Jadi kita menggeser bawah yang menjadi induk atau prinsipal itu pribadi-pribadinya, bukan brand motornya. Itu yang utama,” tegas Hosea.
Yang menarik di komunitas ini adalah benar-benar mengangkat pribadi-pribadi manusianya, bukan motornya. Mau pengguna motor-motor premium atau motor kecil, pada dasarnya mereka adalah sama, sebagai manusia. Yang ditekankan oleh Motorave bahwa setiap individu adalah premium class. Saat semua sudah melebur di Motorave, diharapkan tak ada lagi pemikiran-pemikiran yang merasa bahwa mereka ekslusif di situ, karena sebenarnya manusianya adalah sama. Bukan berarti orang-orang yang tak pakai premim bike tak mampu beli, tapi ada orang yang mampu membelinya namun merasa belum mebutuhkan dan merasa belum perlu membeli premium bike.
“Jadi kita ingin dalam komunitas itu tak ada strata ekonomi, tapi betul-betul jadi suatu komunitas kehidupan,” harap Hosea.
Motorave menargetkan dalam 12 bulan bisa merangkul 8,000 sampai 10,000 partner. “Kami menyebutnya bukan anggota, tapi partner. Karena pada dasarnya status strata kita sama. Yang ingin diangkat oleh Motorave bukanlah produknya, karena sekali lagi kita bukan mewakili produk yang ingin memasarkan image, sehingga orang akan kenal dengan produk itu dan membelinya.”
Yang ingin disasar oleh Motorave adalah merangkul lebih banyak teman. Karena itu Motorave tak menerapkan sistem pendaftaran untuk menjadi parnertnya, tapi Motorave sendiri yang akan mendatangi komunitas atau klub yang ada di Indonesia.
“Kami yang akan mendatangkan diri kami ke mereka, kami melakukan pendekatan kepada perwakilan representatif nya. Kita akan mengidentifikasi dan mencatat namanya lalu mengirim surat ke mereka. Bukan mereka kita yang mengajak mereka mendaftar ke kita untuk menjadi anggota,” tutup Hosea.