Ilustrasi motor masuk tol. | Foto: trafficsafetyguy.com
0
1658

Motor Masuk Tol: Butuh Revolusi Mental Terlebih Dahulu

Last Updated on April 1, 2019 by Bang Gilmot

GilaMotor.com – Usulan motor masuk tol kembali muncul ke permukaan nih, Gilmoters. Sekilas, bisa buka gas habis-habisan di jalanan lurus bebas hambatan memang nampak mengasyikkan. Tapi yang jelas implementasinya butuh banyak pertimbangan. Nggak bisa instan!

Mau dibuat syarat pembatasan kapasitas mesin? Nanti malah terkesan setengah-setengah dan hanya menguntungkan golongan bikers tertentu. Ribet? Ya, memang sudah seharusnya sebuah aturan melewati banyak tahapan sebelum implementasinya.

Selain menyiapkan sarananya, hal penting yang nggak bisa dilewatkan adalah menggodok mental pengendara motor biar lebih disiplin. Kita nggak bisa menutup mata bahwa pelanggaran lalu lintas yang dilakukan oleh pengendara motor masih menjadi pekerjaan rumah besar.

“Intinya suatu aturan harus didasari pada mental pengendara. Kalau aturan ini diterapkan dengan mental pengendara motor di Indonesia, tentu sangat tidak cocok dan siap-siap saja angka kecelakaan akan meningkat,” ungkap Dhani Ekasaputra, Chief Driving Instructor Safety Driving Institute (SDI), Rabu (30/1) siang ketika Bang Gilmot hubungi lewat jejaring media sosialnya.

Dhany menyebut hal itu sebagai revolusi mental. Di lain sisi, pengendara roda empat juga nggak lepas dari dosa di jalan raya.

Asumsinya, motor masuk tol berarti melaju berdampingan dengan mobil. Jika hanya dipisahkan dengan marka jalan, ngeri juga kalau ada pengendara mobil yang ugal-ugalan atau nggak ngerti aturan nyetir.

“Belum lagi dengan mental pengendara roda empat juga yang sering melaju lambat di lajur kanan. Artinya kecepatan tertinggi malah ada di lajur kiri karena akan menyalip,” sambung pria berkacamata fans Valentino Rossi tersebut.

Tujuan motor masuk tol?

Revolusi mental yang dimaksud Dhany bukan mustahil dilakukan. Hanya saja dibutuhkan upaya edukasi yang kontinyu. Tantangannya, hal ini menjadi tugas yang sangat berat karena tujuan akhirnya sampai harus mengubah perilaku.

“Perlu edukasi dan asupan informasi yang tepat bagi para pengendara motor bila hal tersebut akan diimplementasikan. Mengapa? Karena menurut saya behavior change dulu yang perlu dilakukan,” jelas Joseph Sinaga, praktisi dan pengamat komunikasi dari Ogilvy Indonesia dihubungi terpisah.

Selain itu, aspek safety juga menjadi perhatian pria yang tergabung dalam komunitas Royal Riders Indonesia tersebut.

Di banyak negara maju boleh jadi motor masuk tol adalah hal yang lumrah. Namun bukan berarti bisa otomatis diadopsi negara kita tercinta ini, Gilmoters.

Maka itu usulan motor masuk tol ini perlu dilihat lagi tujuannya. Sekretaris Jenderal Motor Besar Club (MBC) Irianto Ibrahim sebagai salah satu pihak yang mendukung terwujudnya aturan ini menyebut motor masuk tol bisa mendulang devisa negara, seperti dilaporkan Detik Finance.

Tapi menurut Gilmoters, apakah hal tersebut merupakan sesuatu yang mendesak?

Lalu, Joseph yang merupakan jebolan jurusan Hubungan Internasional UNPAD tersebut menambahkan, “Bikin kebijakan kan sebenarnya ada dua alasan, satu preventif atau yang kedua memang reaktif. Perlu studi lebih detail. Masalah utama yang mau dipecahkan dengan motor bisa masuk jalan tol sebenarnya apa?”

Nah, kalau masalahnya aja belum dipetakan dengan jelas, maka proses edukasi tersebut juga nggak akan berjalan optimal.

Pro kontra bikers

Motor masuk tol bisa dibilang mimpi para penunggang moge atau motor besar. Moge kebanyakan menggunakan mesin multi silinder yang menghasilkan panas cukup mengganggu kenyamanan berkendara. Apalagi bila harus macet-macetan.

Maka itu bisa dimengerti jika bisa melaju di jalan bebas hambatan adalah impian. Lagi pula performa mesin moge rasanya cukup mumpuni untuk diajak berlari di jalan tol.

Namun jangan lupa di Indonesia lebih banyak pemilik motor dengan kapasitas mesin biasa-biasa saja (150cc – 250cc). Jangan sampai nanti bila wacananya jadi kenyataan malah terkesan pilih-pilih.

“Apabila kebijakannya (red: motor boleh masuk tol) hanya diperuntukkan cc di atas 500 misalnya, itu hanya diperuntukkan kepada pihak tertentu,” kata Fariz, Humas komunitas NMax Rider dan XMax Riders Bekasi.

Tak memungkiri, sebagai bikers Fariz juga menginginkan pengalaman bisa memacu motornya di jalan tol karena secara logika bisa memangkas waktu tempuh perjalanannya. Walaupun, di antara anggota komunitasnya juga ada yang nggak setuju dengan wacana ini.

Namun, untuk sementara ini dirinya cukup menikmati apa yang dimiliki pengendara motor di Indonesia, yaitu berkendara di jalan raya biasa. “Tapi kalau untuk touring sepertinya lebih nikmat lihat pemandangan natural, banyak warung buat ngopi,” sambungnya.

Lagi pula, wacana motor masuk tol sejak lama hanya berupa isu sesaat. Muncul, lalu tenggelam lagi. Wacana ini kembali naik permukaan setelah Ketua DPR RI, Bambang Soesatyo menyerukannya pada ajang Pesta Rakyat Bikers Jakarta yang digagas Motor Besar Indonesia di Gedung DPR, Minggu 27 Januari 2019.