Photo: Twitter/ TMC Polda
3
2192

Kenali Penyebab Tabrakan Maut, Awasi Pemicunya!

Last Updated on January 21, 2015 by

GILAMOTOR.com – Tabrakan maut yang menyebabkan meninggalnya empat orang di Pondok Indah, Jaksel pada Selasa (20/1) malam ditengarai dimulai dari tabrak lari. Namun ada juga pemicu tabrakan maut lainnya. Apa saja?

Panik Akibat Tabrak Lari

Insiden mematikan yang diawali dari tabrak lari ini bukan hanya sekali terjadi di Indonesia bro en sis.

“Dalam kejadian tabrak lari yang berujung insiden yang lebih parah biasanya disebabkan oleh sikap spontan pelaku yang panik karena kejadian pertama,” buka Jusri Pulubuhu, Instruktur Safety Driving JDDC saat dihubungi GILAMOTOR pada Rabu (21/1).

Menurutnya, kondisi panik muncul ketika ada kejadian tak diharapkan terjadi. Misalnya menyenggol atau menabrak pengguna jalan lain.

“Yang terpikir di benak pelaku adalah rasa takut dan ingin cepat kabur. Sehingga rasio berpikir tak lagi bermain. Ditambah lagi dirinya yang mengemudikan mobil di kecepatan tinggi, bukan lagi nalar yang dipakai. Hanya tindakan spontan saja,” urainya.

Ini dialami banyak orang, bukan saat kejadian di Pondok Indah saja. “Bahkan, banyak juga pemotor yang tak bisa mengendalikan laju motornya karena panik dan berujung fatal,” jelas pria ramah ini.

Berkendara Saat Mabuk

Masih ingat kan, kasus Afriyani Susanti pengemudi Xenia maut yang menewaskan delapan orang di Tugu Tani, Jakarta pada 2012? Nah, di kasus tersebut, kejadian dipicu pengemudi yang berkendara dalam kondisi mabuk.

“Ini juga bisa berakibat fatal. Karena jelas, berkendara saat kesadaran kurang akan membahayakan diri sendiri dan orang lain. Apalagi jika sudah berhalusinasi. Tentu pengemudi tak sanggup mengendalikan lagi laju kendaraannya,” papar Jusri.

Dirinya menambahkan jika hal ini dikarenakan kurangnya kesadaran pengemudi dan rekan untuk tidak mudik di kondisi mabuk.

Hal ini sudah lebih dulu disadari masyarakat negara maju. Dimana jika mereka merencanakan untuk dugem, atau akan mabuk, maka ada satu orang yang tidak ikut mabuk yang ditunjuk sebagai pengemudi. Di Indonesia belum sampai ke situ.

“Kalau memang tidak sadar, ya lebih baik naik taksi saja. Karena jelas ini membahayakan diri sendiri dan orang lain!” wantinya.