Last Updated on September 8, 2014 by
GILAMOTOR.com. – Mungkin benar jika salah satu The Founding Father, Bung Karno, mengutarakan kekagumannya pada keindahan alam Jawa-Barat dengan kalimat “Tuhan Menciptakan Bumi Parahyangan dengan Senyumanâ€.
Keindahannya yang memanjakan mata sejauh mata memandang, membuat siapa pun terpesona. Bukan hanya alamnya, kecantikan mojang-mojang Parahyangan pun mampu membius kaum Adam untuk tak berkedip menatapnya.
Bersama dengan acara Inazuma 250 Born to Adventure Defeat the Arrogances pada 12-19 Oktober silam, membawa para riders Inazuma menikmati setiap jengkal keindahan alam Indonesia di kawasan Jawa-Barat, Jawa-Tengah, Jawa-Timur hingga ke Pulau Dewata, Bali.
Di Jawa-Barat, kami dimanjakan dengan keelokan pegunungan Tangkuban Parahu. Aroma khas belerang yang keluar dari dasar kawah Gunung Tangkuban Parahu berselimut hawa dingin di ketinggian 2.084 meter di atas pemukaan laut, menyengat hidung. Meski tak sedikit membuat orang-orang yang berada di dekatnya mengernyitkan hidung, namun tetap saja mereka nikmati.
Bergerak dari Kota Bandung, Inazuma 250 meliuk-liuk di sepanjang jalan Lembang hingga ke kawasan wisata Tangkuban Parahu. Meski dibawa berboncengan, namun tenaga yang dihasilkan mesin 250 cc nya mampu menaklukkan curamnya tanjakan menuju kawasan wisata nan elok itu.
Seolah tak mau kalah dengan kekarnya Gunung Tangkuban Parahu, Inazuma 250 berdiri angkuh, berfose bersama model cantik, seraya berusaha mecuri perhatian para pengunjung kawasan wisata bersejarah itu. Bahkan para pelancong dari Negeri Jiran, Malaysia, pun terkesima dibuatnya.
Asal muasal Gunung ini dikaitkan dengan legenda seorang kesatria, Sangkuriang, yang jatuh cinta pada Ibu kandungnya, Dayang Sumbi. Karena tahu cinta itu tak mungkin diteruskan, sang Ibu memberikan syarat kepada Sangkuriang membuat sebuah perahu untuk bulan madu mereka dalam waktu semalam. Ketika usahanya gagal, Sangkuriang menendang perahu buatannya itu dan mendarat dalam keadaan terbalik. Dan dikisahkan, perahu itulah yang membentuk Gunung Tangkuban Parahu.
Jika dilihat dari kejauhan, bentuk gunung itu mirip sebuah perahu yang terbalik.
Lepas dari Tangkuban Parahu, para riders Inazuma 250 bergerak menuju lokasi wisata Baturraden di kawasan Purwokerto. Lokasi wisata yang masih menyelipkan aura magis di antara cadasnya bebatuan dan kucuran air mancurnya, terletak di sebelah selatan Gunung Slamet.
Banyak versi yang menceritakan kawasan wisata di ketinggian 640 mdpl (meter di atas pemukaan laut) ini. Ada yang menceritakan bahwa Baturraden adalah Abdi Raden karena dilihat dari kalimatnya, Batur yang dalam bahawa Jawa diartikan sebagai “Abdi/Pembantu†dan Raden yang artinya “Bangsawanâ€.
Namun ada juga versi lain yang menceritakan bahwa lokasi ini adalah sebuah tempat dimana dilahrikan nya seorang anak dari puteri dari Adipati Kadipaten Kutaliman yang jatuh cinta pada seorang pemuda yang berkerja sebagai sorang Gamel atau perawat kuda.
Sepasang kekasih ini diusir dari Kadipaten dan menemukan lokasi indah ini sampai akhirnya mereka melahirkan seorang anak yang diberi nama Kaliputra.
Dan versi lainnya adalah sebuah kisah dari seorang Pangeran asal Turki bernama Syekh Maulana Maghribi yang beristirahat di lokasi itu bersama sorang sahabatnya Haji Datuk setelah menempuh perjalanan jauh dalam mencari tahu cahaya apa yang dilihatnya di waktu Shubuh.
Seolah tak peduli dengan kisah yang terselip di balik nama Baturraden, para riders Inazuma 250 asyik mengabadikan motor sport seperempat liter ini yang berfose bersama model-model cantik di antara cadas nya bebatuan di kawasan wisata itu.
Usai menikmati keindahan pemandangan alam dan susunan batu besar berhias air yang memancar ke dataran rendah, rombongan Inazuma 250 Born to Anventure Defeat the Arrogances melanjutkan perjalanan ke Daerah Istimewa Yogyakarta.
Di Yogyakarta, kami singgah sejenak di Kraton Yogyakarta sebelum melanjutkan perjalanan ke situs Candi Borobudur di Kabupaten Magelang.
Candi yang dibangun pada kisaran tahun 800 M ini terbentang megah di dataran rendah. Susunan batu besar itu berhias ukiran yang sulit dipikirkan akal orang-orang awam untuk memahami maknanya. Candi ini diperkirakan didirikan di antara abad ke – 8 dan pertengahan abad ke – 9 yang terkenal dengan abad Emas Wangsa Syailendra.
Usai menikmati setiap sudut pahatan batu besar nan mengagumkan di Candi Borobudur, riders Inazuma 250 melanjutkan perjalanan ke Jawa Timur.
Tiba di Surabaya, para riders sejenak melepas lelah di antara dentuman musik masa kini di sela-sela peluncuran Suzuki Inazuma 250 di Kota Pahlawan itu. Bersamaan terbenamnya matahari, rombongan Inazuma 250 Born to Adventure Defear the Arrogances beranjak menuju kawasan Gunung Bromo.
Di dinginnya hawa dan hembusan angin malam di lereng Bromo, putaran roda Inazuma 250 membelah kaki Gunung Bromo menuju peristirahatan sebelum menjelajah hamparan pasir Kaldera Bromo keesokan harinya.
Hawa dingin yang mengelayut sepanjang malam, membuat sebagian riders tak bisa memasuki alam mimpinya. Setelah tersengat panas dan diguyur hujan di sepanjang perjalanan menuju Jawa Timur, perubahan suhu yang drastis ternyata tak bisa diterima oleh sebagian tubuh para riders. Terjaga sepanjang malam karena kedinginan pun tak terelakkan.
Namun demikian, keindahan dan eksotisme kawasan Gunung Bromo mampu membangkinkan semangat dan mengusir rasa lelah yang menggerogoti para riders.
Yang paling mengasyikkan adalah ketika mengajak Inazuma 250 membelah dataran padang pasir atau Kaldera Gunung Bromo. Melaju di atas pasir Kaldera yang diperkirakan memiliki luas 10 ribu kilometer persegi, menjadi salah satu pembuktian bahwa motor sport touring ini sangat nyaman dikendarai, stabil dan bertenaga.
Di balik eksotisme hamparan pasir di antara tegapnya gunung Bromo, Gunung Batok, Gunung Widodaren dan Gunung Watangan, terselip mitos dari penduduk asli yang dinamakan Suku Tengger.
Diceritakan, meletusnya Gunung Bromo dianggap sebagai kejadian biasa oleh orang-orang Tengger. Dalam kisahnya, meletusnya Gunung Bromo adalah karena pesugihan seorang anak dari Suku Tengger. Dan mereka memegang teguh kepercayaan itu.
Nama Tengger sendiri diceritakan berasal dari legenda Roro Anteng dan Joko Seger yang kemudian diyakini menjadi asal-usul tebentuknya nama Suku Tengger.
Usai menikmati eksotisme Gunung Bromo dan mejelajah sebagian wilayah Kaldera Bromo bersama Suzuki Inazuma 250, kami melanjutkan perjalan dengan Suzuki Inazuma 250 ke Pulau Dewata, Bali.
Sesampainya di Bali, kami disambut dengan tarian Panyembrahma di pelataran Hotel Ramayana di Jl. Bakung Sari, Kuta, Bali. Panyembrahma merupakan sebuah tarian tradisional Bali sebagai tarian ritual penyambutan tamu. Selain tarian Panyembarahma, kami juga disugukan dengan tarian Cendrawasih.
Kisah yang digambarkan dalam Tari Cendrawasih menurut Babad Bali adalah kehidupan burung Cendrawasih di pegunungan Irian Jaya pada masa birahi. Tarian ini juga menggambarkan tentang keelokan burung Cendrawasih yang mendiami bagian timur Pulau Lombok.
Memasuki kehidupan malam di Bali, serasa berada di Negeri kedua Indonesia. Kehidupan dan buadaya Barat sangat kental di pulau Dewata ini. Namun demikian, adat dan tradisi serta tarian dan pakaian tradisional Bali tetap menjadi identitas masyarakat nya.
Suguhan pantai dan lokasi wisata olahraga air yang luar bisa, membuat Bali semakin dikenal dan menjadi tujuan pelancong dari beberbagai negara di Dunia. Bahkan tak sedikit dari pelancong lebih mengenal Bali ketimbang Indonesia sendiri.
Seiring bergantinya hari di Bali, berakhir pula perjalanan Inazuma 250 Born to Adventure Defeat the Arrogances Jakarta-Bali. Tanpa ada kendala berarti para riders kembali ke kota asal mereka dengan segudang pengalaman dan kenangan indah bersama Suzuki Inazuma 250.
Penulis: @Jayadi72 | Teks Editor: @Jayadi72 | Foto: @Jayadi72