Last Updated on July 11, 2022 by Bang Gilmot
Bahan bakar minyak (BBM) yang ada di Indonesia terdiri dari beberapa jenis. Paling rendah nilai oktannya saat ini adalah Pertalite dengan RON 90, lalu Pertamax dengan RON 92, dan Pertamax Turbo dengan RON 98. Tak sedikit pemilik sepeda motor yang menggunakan bahan bakar jenis Pertalite.
Dari segi harga, Pertalite memang yang paling murah. Namun, perlu diketahui bahwa Pertalite adalah BBM bersubsidi, makanya harganya bisa terjangkau. Untuk kendaraan roda empat atau mobil, penggunaan BBM bersubsidi ini sudah diperketat penggunaannya. Agar distribusinya tepat sasaran, sekarang beli Pertalite tidak bisa sembarangan. Pemilik mobil harus mendaftarkan diri dulu melalui MyPertamina sebelum membeli Pertalite.
Sebenarnya, Pertalite yang memiliki RON 90 tidak cocok untuk kendaraan modern zaman sekarang. Sebab, bahan bakar dengan nilai oktan RON 90 hanya diperuntukkan bagi kendaraan yang memiliki mesin dengan rasio kompresi di bawah 1:10. Sementara, mesin zaman sekarang rasio kompresinya minimal sudah 1:10, termasuk dengan kendaraan roda dua atau sepeda motor.
Jadi, menggunakan Pertalite pada sepeda motor pun sebenarnya tidak cocok. Setiap pabrikan juga tentunya sudah memberikan rekomendasi bahan bakar yang tepat atau cocok untuk setiap mesin yang diproduksinya. Rekomendasi ini berdasarkan rasio kompresi mesin.
Tapi, tak sedikit juga pemilik motor yang sering mengisi Pertalite dengan maksud ingin berhemat. Lalu, ketika memiliki uang lebih, sepeda motornya diisi dengan Pertamax. Padahal, kebiasaan mencampur bahan bakar dengan beda oktan seperti ini juga memiliki dampak buruk.
Pada Pertalite dan Pertamax terdapat zat aditif yang bernama Deposit Control Additives (DCA). Zat tersebut berguna untuk menghambat terjadinya munculnya kerak di dalam mesin. Pada bahan bakar dengan oktan yang tinggi, terdapat unsur-unsur kimia yang dapat menaikkan oktan, tapi berpotensi menimbulkan deposit.
Maka itu, biasanya semakin tinggi oktannya, akan semakin banyak membutuhkan zat aditif. Jika kedua bahan bakar yang berbeda dicampurkan, belum tentu menjadi optimal pembakarannya. Malah berpotensi menaikkan deposit di piston. Sehingga, mesin mengalami detonasi atau mengelitik atau yang biasa disebut juga dengan knocking.
Deposit yang ada di katup masuk akan mengganggu aliran bahan bakar dan udara. Dampaknya, tenaga mesin menjadi turun dan tarikannya akan terasa berat. Kemudian, jika deposit tersebut terus menumpuk dan menebal hingga pergerakan katup menjadi macet, piston bisa saja menabrak katup. Akhirnya, mesin menjadi rusak dan jadi harus keluar biaya lebih untuk melakukan perbaikan.
Menggunakan bahan bakar yang tidak sesuai dengan rekomendasi pabrikan akan mengurangi usia pakai dari komponen mesin, khususnya komponen yang ada di ruang bakar. Selain itu, menyebabkan terjadinya penurunan performa. Sebaliknya, penggunaan bahan bakar yang tepat akan membuat komponen mesin lebih awet. Kemudian, tarikan yang dihasilkan juga tetap terjaga.
Maka itu, penting sekali bagi pemilik sepeda motor untuk mengetahui jenis bahan bakar apa yang direkomendasikan pabrikan untuk kendaraannya. Berikut ini nilai oktan yang ideal untuk setiap rasio kompresi mesin:
- RON 88 : 1:7 – 1:9
- RON 90 : 1:9 – 1:10
- RON 92 : 1:10 – 1:11
- RON 95 : 1:11 – 1:12
- RON 98 : 1:12 – 1:13
Untuk mengetahui rasio kompresi mesin dari kendaraan, bisa dengan melihatnya pada data spesifikasi yang diberikan oleh masing-masing pabrikan. Data spesifikasi tersebut bisa dilihat pada brosur penjualan atau di situs resmi masing-masing pabrikan.