9
18496

H. Sofyan Ibrahim : Diuber-uber Polisi

Last Updated on September 11, 2014 by

“Semua kerusakan, oli, bensin dan segala kebutuhan motor kamu yang tanggung.” Itulah kalimat yang keluar saat dirinya dipinjamkan motor sebagai fasilitas kantor dari tempatnya bekerja. Merasa berat dan tak rela jika harus mengeluarkan uang untuk kebutuhan itu, H. Sofyan Ibrahim yang dulu bekerja sebagai marketing perusahaan busana impor di Glodok, Jakarta Utara, harus menjaga kondisi motor yang dipinjamkan kantornya sebagai alat transportasi dirinya bekerja.

Hampir setiap hari dirinya lebih banyak berada di jalan bersama motornya menuju satu tempat ke tempat lain. Karena itu, dia berfikir motornya harus selalu dalam kondisi prima.

“Saya lebih sering berada dijalanan menuju satu tempat ke tempat lain. Kadang saya harus pergi dari Glodok ke Blok M, Jatinegara dan pusat-pusat perbelanjaan lain. Namanya marketing, setiap hari harus banyak nemuin klien, kadang bawa motornya ngebut biar bisa kejar target. Bahkan dari Mangga Dua sampai Blok M pernah saya tempuh hanya dalam waktu 10 menit, karena tahun 70-an jalan masih sepi.”

Karena keseringan bersama motornya ketimbang keluarganya, timbulah rasa sayang pada tunggangannya itu, Honda CB 70. Hingga akhirnyan terbersit dalam hatinya untuk memiliki motor sendiri.

Seringnya bertemu klien dari luar negeri, akhirnya H. Sofyan memutuskan untuk membuka toko sendiri di Aldiron Plaza, Blok M. Seiring berkembangnya bisnis busana impor yang digelutinya, H. Sofya bisa memberli motor sendiri. Harley Davidson, adalah motor pertama yang dibeli dari uang hasil jerih payahnya.

Namun saat krisis tahun 98, usahanya tutup dan seluruh asetnya dijual untuk membayar hutang luar negeri. Di tahun 1999 dirinya mencoba bermain di bisnis motor ex-Singapore. Motor-motor bekas Singapore dikirim ke Indonesia dengan sistem pretelan dan sampai Indonesia dirakit kembali lalu dipasarkan.

“Antara tahun 1999 sampai 2000 saya masukan motor eks Singapore yang saya beli seharga Rp 500 ribu sampai Rp 3 juta. Di Indonesia harganya 4 sampai 5 kali lipat harga beli. Dari situlah saya keranjingan karena untung yang besar,” papar lelaki dua anak ini.

Namun seiring berkembangnya bisnis motor eks Singapore yang dijalaninya, motor-motor bodong (tanpa surat) dari Singapore bak jamur di musim hujan. Hal ini menimbulkan kecurigaan pihak kepolisian. “Karena makin banyak motor-motor tanpa surat di jalanan, polisi mulai mencari sumbernya, dan saya pernah di jadi daftar pencarian orang karena bisnis ilegal ini. Akhirnya saya berhenti, dari pada dipenjara.” Papar lelaki ramah ini sambil tertawa.

Karena relasi internasional yang luas, akhirnya H. Sofyan mencoba kembali membuka rental motor di Bali. Tak kurang dari 20 unit motor disediakan bagi turis yang ingin menyewa motor. Mulai dari motor Jepang hingga Eropa. Namun naas, tahun 2002 dan 2005, ulah teroris mencoreng nama Indonesia di mata dunia. Tragedi bom Bali  membuat investor takut untuk berbisnis di Bali.

Seiring tutupnya usaha rental yang dijalaninya di Bali, seluruh motor hasil kerjasama dengan pihak asing di beli dan diboyong ke Jakarta. Dan pada 2003 lahirlah show room motor CBU yang lengkap dengan surat di bilangan arteri Pondok Indah, Jakarta-Selatan, Hobby Motor.

Kesuksesan nya ini tak lepas dari perkataan seorang teman, “bahwa kalau mau kaya deketin tuh gudang duit, pasti bakal banyak duit.”

Lama dirinya mencari makna dari ucapan temannya itu, hingga lelaki kelahiran Bukit Tinggi, 24 November 1952 ini menemukan jawaban yang dia pikir sebelumnya adalah merampok. “Lama saya memikirkan maksud perkataan teman saya, sapikir merampok, abis disuruh deketin gudang duit. Ternyata mendekat dan bermainlah di kawasan tempat banyak orang berbisnis. Karena ditempat ini kita akan menemukan banyak peluang usaha dan orang-orang berduit dari berbagai negara.” Jelasnya.