0
3996

Deretan Pembalap Legendaris Indonesia Era 60 – 70’an

Last Updated on October 6, 2020 by Bang Gilmot

Gilamotor.com – Prestasi pembalap Indonesia ternyata cukup melegenda sejak tahun 60’an, bukan hanya di tingkat Asia saja Gilmoters nama pembalap Indonesia pernah disebut dalam podium grand prix di Belanda 1970-an.

Saat itu motor buatan Inggris dan Jepang sedang bertarung mencari panggung untuk menjadi andalan pembalap legendaris Indonesia. Tidak jarang awal karir mereka bukanlah dari sekolah balap melainkan balap ‘Pasar Senggol’ yang kini lebih Gilmoters kenal.

Berkat tekat baja dan keuangan yang cukup beberapa pembalap meneruskan balap hingga ke luar negeri dan kembali dengan prestasi Gilmoters. Berikut deretan pembalap legendari Indonesia:

Sonny Saksono

Foto: Widodogroho

Pembalap kelahiran 3 Desember 1946 dengan nama lengkap Saksono Sastro Atmodjo pernah membawa nama Indonesia keatas podium balap Motor Grand Prix kelas 500cc ditahun 1970 walaupun saat itu Sonny Saksono menjadi pembalap tim Belanda milik Meneer Bant.

Mengandalkan Motor Suzuki T500 Sonny Saksono sukses berada di podium 2 GP Zandvoort, Belanda. Namun karir balapnya cukup singkat usai sesi latihan pada Agustus 1972 yang justru merenggut nyawa pembalap berusia 26 akibat kehilangan kendali dan menghantam rel kereta api di Sirkuit Prievidza, Cekoslovakia.

Sidarto SA

Foto: Motorplus-online.com

Mendapat julukan ‘Setan Ancol’ pemilik nama lengkap Sidarto Sosro Atmojo pernah menjadi pembalap tim Pertamina untuk balap Internasional yang kala itu berlangsung di Selandia Baru, Inggris, Jerman, Belanda dan Amerika Serikat.

Berbeda dengan sang Kakak Sonny SA, Sidarto SA belum sempat menjuarai Grand Prix. Prestasi tertinggi yang pernah diraih adalah podium lima di Selandia Baru. Meginjakan kaki di Indonesia Sidarto SA justru beralih ke balap mobil di tahun 1978.

Tjejep Heriyana

Foto: Kompas.com

Pria kelahiran Bandung 1939 sudah mulai menggeluti ajang balap sejak 1950-an, ajang road race resmi di lakoni dengan motor Jawa 350cc buatan Cekoslovia dan ditahun 1958 podium satu grand prix curug mampu diraihnya Gilmoters.

Bukan hanya prestasi di tingkat Nasional saja, Tjejep yang kini menginjak umur 81 tahun telah mengukir prestasi di luar negeri seperti Singapura, Malaysia hingga Makau. Menjadi pembalap tim Yamaha, Tjejep menyumbangkan podium tiga dengan motor Yamaha TR2.

Naas ditahun 1974 balap GP Batu Tiga, Kuala Lumpur mengharuskan Tjejep gantung helm dan menjadi balap terakhir yang menyebabkan patah tangan dan kaki.

Benny Hidayat

Dinobatkan jadi Jawara Indonesia GP di bulan Juni 1970, om Benny sudah memulai balap sejak 1961. Tjejep Heriyana, Beng Soeswanto dan Benny Hidayat merupakan satu tim terkuat era 1968 hingga 1970-an.

Sama seperti rekan satu tim nya beberapa sirkuit di luar negeri pernah dicicipi, bahkan ditahun yang sama ketika Tjejep mendapat podium tiga di GP Makau, Benny justru meraih podium satu bersama Yamaha Yasi 125 Twin Gilmoters.

Tommy Manoch

Beberapa tahun belakangan nama Tommy Manoch sempat mencuat lagi ke permukaan usai replika motor ‘Ulah Adigung’ yang berarti Jangan Sombong ditampilkan dalam acara otomotif di tahun 2015.

Berawal dari balap sepeda di usia 8 tahun, balap motor usia 13 tahun dan mobil 18 tahun. Pembalap kelahiran Bandung 3 Maret 1947 adalah peraih gelar juara di GP Indonesia pertama di tahun 1963.

Prestasi dalam ajang adu kebut terbilang cemerlang Gilmoters, mulai dari kelas 250cc hingga 500cc namun yang paling teringat dan membanggakan kemenangan di kelas 250cc Junior (21 km) dan 250cc Grand Prix (42 km) di Curug tahun 1963 dengan Honda CB72 Hawk.

M.Gumilar

Foto: Thegaspol.com

Mengawali karir balap tahun 1953 di Sukajadi, Bandung tingkatan dan prestasi balap terus diraih sampai ditahun 1957 pemilik nama lengkap Muhammad Gumilar mencuat jadi sorotan majalah Ducati Italia atas prestasinya yang saat itu megandalkan motor Ducati 175 Sport.

Usai kenyang atas prestasi dan pegalaman di dalam negeri akhirnya Gumilar memutuskan untuk pindah ke Belanda dan melanjutkan balap. Tidak langsung menjadi pembalap, pria kelahiran 19 Januari 1937 ini harus lebih dulu menjadi mekanik guna mendapat sponsor ijin tinggal di Belanda.

Kawasaki 350cc mengantarkan karir balap di luar negeri dengan mengikuti 5 musim balap dan berlanjut dengan Aermachi produksi Italia. Sementara Torehan prestasi yang paling berkesan adalah peringkat tiga balap Grand Prix di Sirkuit Assen Belanda dengan mengandalakan Aermachi Harley-Davidson.

Beng Soeswanto

Foto: Mobilinanews.com

Pembalap serbabisa ini cukup mengukir prestasi di balap motor, mobil dan reli hingga balap formula Gilmoters. Maju bersama Tim Yamaha dan POSIDJA (Persatuan Olahraga Sepeda Motor Djakarta) Beng Soeswanto juga sempat mencicipi podium dua GP Makau.

Namun Koh Abeng sapaan akrabnya memang lebih dikenal dengan pembalap rally bersama partnernya Adiguna Sutowo sejak 1986 – 1988.