Last Updated on September 24, 2014 by
GilaMotor,JAKARTA.- Pria lulusan Akademi Bahasa Asing Universitas Borobudur, Jakarta ini, merupakan orang paling bawel masalah safety riding saat masih bekerja di call center Indosat Jakarta. Hampir semua bikers di kantor lamanya mendapat teguran dari nya. Karena saking bawelnya ngoceh masalah safety riding, akhirnya  dia dipercaya untuk jadi pembicara masalah safey riding baik di kantornya maupun di komunitas motor yang diikutinya.
Adalah Andry Berlianto, Instruktur dari JDDC Crash Free Int’l ini memulai karirnya di dunia safety riding sejak Februari 2009 silam. Baginya, dunia safety riding merupakan panggilan jiwa mengingat kondisi lalulintas dan cara berkendara bikers masih sangat memprihatinkan.
Kendati kini bekerja sebagai Instructor safety riding di JDDC, dirinya tak merasa bahwa cara berkendaranya adalah yang paling benar. Justeru melalui JDDC lah dirinya terus menggali ilmu masalah safety riding dan memberikan sumbangsihnya kepada masyarakat demi terciptanya keamanan dan keselamatan di jalan raya.
“Saat masih bekerja di Indosat, bisa dibilang gw orang yang paling bawel ngomongin masalah safety riding. Hampir semua temen di kantor gw komentarin hal yang sama, safety riding,” papar lelaki kelahiran Jakarta, 27 Mei 1977 ini.
“Kok loe gak peke jaket, kok gak pake sarung tangan, kok cuma pake sendal,” tambahnya mencontohkan teguran kepada teman-temannya.
Karena merasa jenuh dengan pekerjaannya di perusahaan telekomunikasi, dirinya banting stir ke JDDC untuk memperdalam ilmu safety riding.
“Gw bosen kerjanya cuma bikin laporan dan itung angka doang, gak ada tantangan. Karena gw sering browsing masalah safety riding di internet, akhirnya gw temukan nama JDDC. Saat itulah gw berpikir inilah rumah yang tepat buat gw untuk menggali ilimu dan memberikan informasi masalah safety riding,” papar ayah dua orang anak ini.
Kini, lelaki yang baru saja menimang anak kedua sedang jatuh cinta lagi pada yang namanya Supermoto. Walhasil, Kawasaki KLX 150 langsung dipinang dan didandaninya ala supermoto.
“Awalnya gw kepengen motor sport, tapi kelamaan gw pikir modelnya begitu semua, gak ada yang unik. Akhirnya gw kepikiran punya supermoto biar beda dan bisa gaya,” jelasnya sambil tertawa.
KLX 150 yang diboyongnya langsung dirombak menjadi supermoto dengan perubahan dibeberapa sektor. Yang utama tentu pada bagian kaki supaya bisa terlihat lebih keren dan kekar.
“Jatuh cinta sama KLX pertama kali ada di PRJ 2009. Mau beli yang 250 berasa kegedean tapi beli 150 kayaknya kekecilan. Akhirnya cari referensi katanya bisa dibangun lebih kekar kalau diubah jadi supermoto,” tegas Andri.
“Selain itu, gw juga pengen tampil beda dan bergaya pastinya. Kalo di jalanan kan dominasinya motor bebek, motor sport pun gak ada yang unik. Kalo pake supermoto, saat gw mau ngajar safety riding bisa gaya juga dan tampil lebih meyakinkan didepan para peserta training,” katanya sambil tertawa.
Untuk rubahan KLX 150 nya, sang instructor mengganti ban dan velg bawaan pabrik dengan ban tubeless FDR 110/70-17 untuk roda depan dan ban tubeless FDR 130/70-17 roda belakang. Untuk mendukung penggunaan ban tubles dengan velg jari-jari, Andry memilih velg Champ 2.50 x 17 depan dan 3.50 x 17 belakang seharga Rp 500 ribu.
Lantas guna memperkuat kesan supermoto pada KLX 150nya, Andry juga mengganti stang bawaan pabrik dengan stang dari Kitaco plus handguard.
“Rubahannya sendiri gak banyak, cuma sektor kaki-kaki, stang dan knalpot aja. Dana yang gw habisin hanya sekitar Rp 2 juta-an.”
“Nantinya pasti akan ada penambahan lagi seperti braket dibelakang dan up-side down tentunya, biar makin gaya dan kekar.” pungkas sang Instructor Narsis ini.