Last Updated on August 4, 2024 by Admin Gilmot
Gilamotor.com – Cedera tampaknya menjadi hal yang sering kita jumpai dalam ajang balap, tak jarang di setiap musim ada cerita dari pembalap yang mengalami cidera Gilmoters. Selain cidera ternyata ada penyakit yang selalu menjadi bayang bayang pembalap MotoGP yaitu Arm Pump.
Beberapa cidera yang sering Bang Gilmot jumpai dalam satu musim Moto GP biasanya dislokasi bahu, patah tulag selangka, cedera punnggug, ruas jari tangan, lutut dan kaki. Sementara Arm Pump adalah penyakit kombinasi yang berawal dari kebiasaan melakuan ekspansi otot akibat mencengkram stang.
(Baca juga:Â Ada Perubahan, WorldSBK Rilis Jawal Balap 2021 Terbaru)
Bahasa medis Arm Pump adalah Chronic Exertional Compartment Syndrome, penyakit ini timbul karena posisi mencengkeram tuas gas terus-menerus akhirnya membuat otot bengkak dan membatasi aliran darah atau bahkan bisa menghambat laju aliran darah. Akibatnya, darah yang berada di lengan punya kadar oksigen buruk alias darah dengan kelebihan asam laktat hingga menyebabkan otot kram.
Menurut beberapa ahli pembalap motor lebih beresiko dengan penyakit Arm Pump pasalnya cengkraman pada stang secara terus menerus membuat kontraksi otot, darah tidak mengalir hingga asam laknat menumpuk. Bahkan dalam hal ini motor yang digunakan dengan peningkatan power setiap tahunnya semakin menigkatkan resiko terserang penyakit Arm Pump.
Tentunya Gilmoters sudah tau pengembangan power yang dilakukan tim motoGP, disamping itu grip ban yang konsisten membuat pembalap akan memacu secara maksimal. Sementara untuk pengereman yang semakin kuat dan dalam menyebabkan tekanan pada lengan dan ini menjadi faktor utama penyebab penyakit Arm Pump.
Diawali dengan legan yang bengkak, tangan kesemutan hingga mati rasa dan rasa sakit Gilmoters. Penyakit yang timbul di akhir balap tentunya akan membuat konsentrasi balap terpecah, tidak jarang beberapa aksi di akhir seri cukup menegangkan. Selain menahan rasa sakit pembalap juga harus memperoleh hasil terbaik.
Menurut Sam Lowes, arm pump akan membuat sinkronisasi otak dengan tangan menjadi terganggu. Butuh waktu untuk tangan melakukann pekerjaan yang diperintahkan otak.. Itu sebabnya sebagian besar pebalap dengan senang hati mengambil tindakan ekstrem untuk mengatasi masalah arm pump. Tindakan tersebut melibatkan fasiotomi, yaitu pembedahan yang memerlukan anestesi umum yang membuka lengan, memotong celah di jaringan ikat tipis yang membungkus otot, dan kemudian menjahitnya kembali. Biaya yang harus dikeluarkan juga tidak murah. Menjalani tindakan tersebut di rumah sakit pilihan untuk pebalap MotoGP, seperti Rumah Sakit Barcelona, butuh biaya sekitar 8.000 euro atau sekitar Rp 136 jutaan per lengan.
Ada juga tindakan yang lebih ekstrem jika fasiotomi gagal mengobati arm pump ini, yang mana akan membawa segala macam komplikasi tambahan. Jika menghilangkan tekanan di fasia atau jaringan ikat tipis yang membungkus otot tidak berhasil, langkah selanjutnya adalah menghilangkan seluruh lapisan yang membungkus otot. Inilah prosedur invasif yang memberikan masalah lebih banyak bagi pembalap. Operasi tersebutlah yang membuat performa Cal Crutchlow di sepanjang MotoGP 2020 terganggu.
Yang menariknya nih Gilmoters, pembalap yang kini memperkuat tim Petronas Yamaha SRT, Valentino Rossi menjadi rider yang asing dengan penyakit Arm Pump. Menurut pengakuannya yang diberitakan oleh Speedweek pada 2015 lalu The Doctor tidak punya keluhan soal itu karena selalu rutin dengab pemanasan yang benar agar otot relaks.
Ini juga tergantung pada cara rider mengendalikan motor. Saya berkendara lebih halus dan hati-hati daripada para rival. Saya menyatu saja dengan reaksi motor. Dengan begitu, otot saya tidak mendapat tekanan yang besar,” ujarnya.
Gilmoters pecinta MotoGP tentunya paham dengan cara berkendara Rossi, dibanding rivalnya seperti Dani Pedrosa, Pol Espargaro Cal Cruthchlow, dan masih banyak lagi yang sudah mengalami penyakit Arm Pump.