Last Updated on September 6, 2013 by
GILAMOTOR.com – Mesin 4 tak 1000cc, ngebut sampai throttle mentok, dorongan keras dan benturan keras saat kecelakaan, jadi teori penyebab terjadinya cedera patah tulang selangka dan cedera bahu tiga pembalap Spanyol, Jorge Lorenzo, Dani Pedrosa dan Marc Marquez. Lorenzo dan Pedrosa alami patah tulang selangka di paruh pertama musim 2013, sementara Marquez alami dislokasi tulang bahu di paruh kedua 2013. Lorenzo alami kecelakaan di Assen dan Sachsenring, Pedrosa pun alami kecelakaan di Sachsenring Jerman. Sementara Marquez alami kecelakaan di Silverstone. Mereka semua pakai kostum balap yang sama, Alpinestars Tech Air yang sudah dilengkapi dengan teknologi kantung udara.
Selain Aplinstars, pabrikan kostum balap lain adalah Dainese yang juga punya teknologi sama. Sama-sama pakai kantung udara untuk melindungi pembalap dari cedera saat kecelakaan.
Kedua kostum balap itu punya chip pintar yang bisa membaca segala macam sensor untuk mendeteksi pergerakan pembalap. Selain itu, data yang didapat dari telemetri juga digunakan untuk menganalisa proses terjadinya kecelakaan sampai penyebab terjadinya cedera pada pembalap.
Dari data telemetri itu bisa diketahui kapan pembalap mulai kehilangan keseimbangan dan terjatuh. Juga bisa dilihat seberapa besar tekanan atau benturan dan berapa kali tekanan dan benturan terjadi. Pokoknya semua data menjelaskannya secara detil. Data-data itu juga dipakai sebagai data riset mereka dalam mengembangkan kostum balap dengan teknologi yang lebih maju untuk melindungi pembalap dari cedera berat.
“Aku pikir Alpinestars melakukan pekerjaan yang sangat bagus. Setiap kali kami punya masalah, mereka sangat cepat untuk memperbaiki dan mengembangkannya,†kata Lorenzo. “Model kecelakaan yang kami alami di MotoGP sangat-sangat kuat, jadi kami harus tetap bekerja di masa depan untuk menghindari cedera tulang selangka dan hal-hal semacam itu,†tambah Lorenzo.
Dainese pun baru-baru ini memperlihatkan versi baru sistem kemanan untuk pembalap. Kostum balap itu dijejali sistem kemanan yang disebut sebagai D-Air Thorax. Dituliskan oleh Motorcycle.com, sistem kantung udara D-Air Thorax ini bekerja melindungi tulang selangka dan dada.
Sistem ini diklaim punya jangkauan perlindungan lebih luas dan melindungi tulang selangka lebih baik dari generasi sebelumnya. Rider tester kantung udara ini adalah pembalap Moto3 yang sekarang ada di puncak klasemen, Luis Salom. “Aku mencobanya di Jerez 2011 lalu. Aku senang menggunakan D-Air karena punya perlindungan yang lebih baik pada bahu dan juga dada. Kemanan pasti lebih tinggi,†ucap Salom.
D-Air Thorax mengaplikasi sistem elektronik dan pneumatic dengan generator gas kapasitas lebih besar. Saat kecelakaan, kantung udara akan mengembang lebih cepat 45 milidetik dan mampu menyerap energy benturan sebesar 85%.
“Buatku cedera bahu akan terjadi kalau kami ngebut dan mendrong motor dengan kencang,†kata Marquez. “Kecelakaan yang terjadi pada Jorge dan Dani sangat-sangat kuat.â€
“Sementara yang aku alami sedikit berbeda, tapi aku rasa air bag or kostum kulit adalah alasannya. Dengan atau tanpa kantung udara, terkadang Anda akan mendapat cedera karena kami mengendarai motor sangat cepat. Tapi buat ku kantung udara bekerja sangat baik.â€
Rekan satu timmnya pun setuju. Pedrosa yang sudah membalap sejak pakai mesin 500cc 2 tak melihat ada perbedaan lokasi cedera setelah menggunakan mesin 4 tak di 2002. “Menurutku yang utama adalah Alpinestars sudah bekerja sangat baik mengembangkan sistem kantung udara modern, mencoba material baru dan mengujinya. Aku pikir cedera bahu lebih berhubungan dengan tipe motor yang kami gunakan,†ucap Pedrosa.
“Di era mesin 2 tak, pembalap sering alami cedera di kaki dan tangan. Sekarang dengan mesin 4 tak cedera lebih sering terjadi di bahu. Anda perlu ingat kalau kantung udara adalah teknologi baru yang tak punya sejarah panjang dan akan sempurna di masa depan,†cetus Pedrosa yang tak menjelaskan mengapa ada perbedaan cedera antara mesin 2 tak dan 4 tak. Padahal kalau dilihat jatuhnya sama saja, ada yang ndelosor ada juga yang terplanting dan terbanting ke aspal. Seperti yang dialami Mick Doohan dan Pier Fransisco Chili di Jerman tahun 1997. Dua pembalap itu jatuh barbarengan dengan cara jatuh yang sama, di tikungan yang sama dan waktu yang sama. Gaya jatuhnya highside kalau kata komentaror MotoGP.