0
1807

MotoPrix Serang 2013: One Make Fuel, KIS dan Chain Guard

GILAMOTOR.com. – Wajibnya “One Make Fuel” tidak terjadi di seri 1 Motoprix Region 2 di Serang, Banten kemarin (9-10/3). Sebelumnya PP IMI sudah ketok palu bahwa ron 95 aka Pertamax Plus jadi bahan bakar wajib buat race, tapi yang terjadi di sirkuit Stadion Maulana Yusuf Serang, Banten, masih dibebaskan. “Awalnya kita tidak pernah diajak diskusi untuk penggunaan pertamax plus, mau nggak mau kita harus ready,” jelas Hasan Tandina, bos Tim Yamaha IRM PJM FDR NHK.

Setingan Jupiter tunggangan Bobby Anasis dan Teguh Nugroho di MP1 en MP2 racikan mekanik Yamaha Intan Raya, si Plonteng, akhirnya berubah. Kompresi turun menyesuiakan oktan 95 yang sebelumnya pakai bensol.

Ketidakpastian dari one make fuel ini di Motoprix dijelaskan M.Taufik dari PP IMI yang hadir sebagai juri. “Sementara ini khusus Motoprix masih sosialisasi, tapi buat Indoprix sendiri sudah fix” ujar Taufik. Penggunaan Pertamax Plus dianggap lebih mudah didapatkan dan merata di tiap daerah daripada avgas. Waktu disinggung ron 95 non Pertamina macam Shell atau Petronas “Kalo fuel swasta kan di daerah belum tentu ada, ada di kota-kota besar kan..” tambahnya.

Menurut Taufik sendiri, nanti ada sistematis tersendiri buat one make fuel, dari pihak sponsor Pertamina akan menyediakan dengan harga pas. Jadi tiap tim ndak perlu mencari Pertamax Plus dan menghindari kecurangan penambahan aditif penambah oktan. “Memang perlu diperjelas masalah regulasi tersebut, pihak panitia ready menyiapkan dan tidak dari tim,” seru Rudi, Manager Tim Yamaha Trijaya. Menurut doi memang tidak menutup kemungkinan terjadi kecurangan soal bahan bakar balap.

Tapi sirkuit pasar senggol macam Malunan Yusuf, setingan Pertamax Plus masih masih bisa bersaing. Tikungan R6 en tekstur aspal yang tidak hot mix, di sini ketahanan fisik dan teknik joki diandalkan. Endurance diutamakan, time waktu QTT di MP1 cuma 46,497 detik yang dipegang Sulung Giwa dari Tim Yamaha NHK 3M FDR RID tidak terpaut jauh dari posisi 3 yaitu 46,681 milik Ardy Satya Sadarma dari Hatta Rajasa RT.

Untungnya Motoprix kali hanya 1 race, tidak ada 2 balapan. Azas efisien jadi pedoman PP IMI untuk menggulirkan aturan ini. “Biar merata tiap tim karena tidak hanya tim gede, khan ada privateer,” jelas M.Taufik. Tapi ini justru dikeluhkan tim-tim bear, ”Kita tidak mendapatkan poin jika satu race, kejar-kejaran makin sulit,” alasan Rudi dari YJM Racing lagi. Tapi regulasi anyar mau nggak mau harus dituruti.

Banyak yang bilang kalau aturan anyar PP IMI ini berbau “money” seperti penggunaan chain guard yang wajib digunakan pada motor MP1 dan MP2. Namanya regulasi baru pasti nggak ‘semulus’ umbrella girl, pasti ada aja pro dan kontra nya. “Kita wajib bayar 300 ribu untuk chain guard tersebut, kalo bawa sendiri harus ganti milik panitia,” keluh Dandi, Asisten Manager TJM Racing. Chain Guard tidak lebih dari bahan teflon tanpa tensioner, alasan PP IMI untuk safety jika rantai putus. Selain peraturan tentang KIS (Kartu Izin Start) Nasional dibedakan antara pemprov dan motoprix, tiap pembalap harus membayar lebih buat 2 KIS tersebut. Nggak gede sih, cuman Rp 250.000 dan nggak kudu bikin saban mau balapan, cukup sekali sepanjang musim.

Kelas bergengsi MP1 dan MP2 diraih oleh pembalap Tim Yamaha IRM PJM FDR NHK. MP1 Bobby Anasis mampu jadi juara pertama, biarpun awalnya tercecer diposisi 6 tapi mampu menyalip di depan Sulung Giwa yang sebelumnya dalam QTT urutan pertama. Inkosisten dari Sulung Giwa dimanfaatkan oleh Bobby Anasis untuk menyalip 2 lap terakhir. Notabene tim ini meriset Pertamax Plus sebagai bahan bakar utama, Jupiter Z mampu mengasapi setingan bensol. Begitu juga MP2 yang direbut Teguh Nugroho rekan 1 team Bobby Anasis.